Friday 29 May 2015

Pembukaan sebuah Cinta

Nurul Atira Hamdani [Yong]

بسم الله الرحمن الرحيم

Melangkah masuk ke perkarangan gedung indah, seindah hadaiq yang dijanjikan dalam kalamullah. Puji-pujian beragaman dalam hati. Kulihat anak-anak dan guru mungkin, sedang berkumpul. Tak kutahu butir bicaranya tapi tampak mata mereka bercahaya, cerah dan hidup dengan ilmu. Disinilah, detik hatiku, taman yang memekarkan bunga futuwwah, yakni kesatriaan para syabab dan cinta mereka kepada Tuhan dan Rasul. Anak-anak gadis berhijab patuh syar'ie, menimbulkan segan atas tudung bidang kecil yang kupakai. Anak-anak lelaki berjalan berkumpulan, terlihat erat ukhuwwah sesama mereka. Kami hadir berbekalkan modul cinta, dan berharap agar taman ini membuka pintunya..

Terhibur melihat keletah anak-anak meluru masuk ke dewan. Satu-persatu mendekati kami dan melontar pelbagai pertanyaan. Aktif ! Inilah kerikil agama menjadi lontaran kepada sesiapa yang memusuhi. Bicara mereka fasih dan ruh mereka terlihat menyala, ingin segera serta dalam program. Ketika kami ingin memilih pemimpin antara mereka, tangan-tangan berceracakan tinggi tanda sukarela. Anak-anak, janganlah khuatir. Memang setiap antara kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggungjawab atas pimpinannya. Terima kasih, betapa terbukti bakal pemimpin ini tahu letak duduk diri, sangat beradab dalam majlis yang kami kendali.

Indahnya, kita berpagi-pagian bersama. Sujud pada Tuhan yang menciptakan. Sungguh, anak-anak ini kejadiannya sempurna, cuma saja tak wajar kita nilaikan sesuatu dari kulit tanpa melihat hingga ke isinya. Anak-anak ini cerdas, datangkanlah modul apa sekalipun pasti mampu mereka mendepaninya. Anak-anak ini fasih, tanyakanlah apa-apa sahaja pasti mampu mereka hujahkan. Tetapi apakah yang membuat jiwa mereka begitu kental? Dan mengapakah mereka terasing di taman ini, bukan di pangkuan keluarga? Di sebalik senyuman dan tawa itu kudapati ada pengorbanan. Jauh dari ibubapa, bahkan ada yang tak punya. Ada cerita yang tak terluahkan. Ada kami temukan lembar kertas dari fail, dari buku. Tertulis ayat-ayat seperti "aku orang miskin..". Oh Tuhan, ternyata ada derita yang tak dipamerkan. Aku adalah penderita juga, maka aku mengerti, di saat luka berdarah tak terhentikan, pemgubatnya adalah perjuangan. Dari kekurangan itu terbina kekuatan dan kesungguhan untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Begitu barangkali anak-anak di taman ini. 

Harga ilmu dan kehormatan bukan percuma. Mungkin tidak bagi semua. Bertuah anak-anak ini terasuh dalam taman.. Bagaimana nasib jutaan lainnya yang masih terasing dan sendiri dalam kekurangan? Di sini kami bukakan pintu, melihat cinta, dan melihat cinta-Nya. Sedang pedih masih berbekas dalam hati. Seperti kalamnya Ibnu Arabi -

kadangkala aku ingin bertanya Tuhan,
mengapa Dia izinkan kemiskinan
kebuluran dan ketidakadilan di dunia
sedangkan Dia mampu berbuat sesuatu akannya?

tetapi aku takut
jika Dia menanyakanku soalan yang sama !

Semoga Tuhan bukakan kita jalan, biar dalam sempit biar dalam senang !
Mafatihul Mahabbah 2015. Moga Allah redha.

9 comments:

Unknown said...

sob sob...sedih yong

Unknown said...

I go as bid

QueAe said...

so sweet jehan n razak.. together commenting at my entry. haha

Chevie said...

peh padu yong. kipidap mok

safurah said...

Pehh nice tira. kipidap yo :)

QueAe said...

lol thanks bang long and pura... tapi sejak bila bang long panggil aku yong jugak -.-'

pykah razak said...

tisu plis :'(

najah latif said...

I actually miss this.

QueAe said...

are you missing this? or missing me?

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik